Jumat, 27 Juli 2012

Kunci Memupuk


KUNCI MEMUPUK

Ada tiga hal yang harus dipahami bila ingin benar-benar menguasai liku-liku memupuk, yaitu tanah, tanaman, dan pupuk. Ketiganya tidak boleh dipisahkan satu sama lain jika ingin sukses. Ketiganya saling berkait dan menunjang untuk menghasilkan tanaman yang benar-benar subur dan produktif.
Walaupun paham tentang tanah dan tumbuhan, misalnya tetapi buta dalam hal pupuk maka hasilnya pun akan timpang. Sebab, bagaimana mungkin bila memilih pupuk yang tepat sesuai kebutuhan tanaman bila unsur yang dikandung pupuk itu tidak kita ketahui dengan akurat .
Bila ini terjadi, tindakan asal beli pupuk pun tidak bisa dihindarkan. Oleh karena itu, ada baiknya sebelum memasuki urusan memupuk kita bicara dulu sedikit perihal kaitan antara pupuk, tanaman dan tanah.

A. Tanah
Berbicara tentang tanah memang agak rumit , terlalu banyak segi yang harus dipersoalkan. Kalau soal tanah ini dipaparkan secara tuntas, biasanya akan membuat petani bertambah bingung saja. Oleh karena itu, kita tidak bicara tentang ilmu tanah, tetapi cukup menyangkut kesuburan saja.
Bagi kita yang berkecimpung dalam dunia pertanian, tanah merupakan tempat bercocok tanam yang tersusun atas batuan, mineral dan bahan organik yang membusuk atau melapuk pada lapisan atas karena proses waktu. Jadi, kalau tanah pertanian terbentuk seperti pada definisi tersebut maka urusan dalam bercocok tanam umumnya tidak banyak menemui kesulitan.
Lalu timbul pertanyaan, mengapa tidak semua tanah dapat menghasilkan tanaman yang subur? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita simak dulu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesuburan tanah sebagai berikut :
(1)   Apakah struktur tanahnya baik?
(2)   Apakah derajat keasaman (pH) tanahnya normal (tidak asam ataupun basa)?
(3)   Apakah tanahnya lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan tanaman?
Tanah yang dikehendaki tanaman adalah yang berstuktur gembur, di dalamnya terdapat ruang pori-pori yang dapat terisi oleh air dan udara. Air tanah dan udara sangat penting bagi pertumbuhan akar tanaman.
Stuktur tanah memang ada bermacam-macam. Akan tetapi, yang kita kehendaki ialah stuktur tanah yang remah. Keuntungan stuktur tanah demikian ialah udara dan air tanah berjalan lancar, temperaturnya stabil. Keadaan tersebut sangat memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Oleh karena itu, untuk memperbaiki stuktur tanah ini dianjurkan untuk diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau).
Salah satu contoh tanah yang berstuktur jelek adalah tanah liat. Tanah ini tersusun atas partikel-partikel yang cukup kecil. Sangat kecil kalau dibandingkan dengan tanah pasir. Partikel tanah liat kurang lebih sama dengan seperseratus kali partikel tanah pasir. Kehalusannya membuat tanah liat cenderung menggumpal, terlebih pada musim hujan, dan amat rakus mengisap air. Jeleknya lagi, tanah liat akan menahan air dengan ketat sehingga keadaannya menjadi lembab dan udara akan berputar cukup lambat. Bila nantinya kering, tanah liat akan menggumpal seperti batu dan sifatnya pun kian kedap udara. Itu sebanya karena kerap kali dijumpai tanah liat banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuat keramik dan batu bara. Tentunya kalau tanaman ditanam pada tanah tersebut, kehidupannya akan menderita karena akarnya tak mampu menembus lapiran tanah padat.
Ada pula tanah yang stukturnya terlalu porous, seperti tanah pasir. Pada tanah tersebut tanaman juga tidak akan tumbuh subur. Pasalnya, sifat porous tanah tersebut sangat mudah merembeskan air yang mengangkut zat-zat makanan hingga jauh ke dalam tanah. Akibatnya, zar-zat makanan yang dibutuhkan tanaman tersebut tidak bida terjangkau oleh akar.
Lalu, mengapa tanaman yang ditanam bukan di tanah pasir dan tanah liat masih saja tumbuh kerempeng seperti kurang makan? Kasus serupa ini memang paling banyak terjadi dan sering dikeluhkan petani. Ini ada hubungannya dengan kesuburan tanah yang meliputi kandungan hara, derajat keasaman (pH), pengolahan tanah dan segi perawatan lainnya.
1.    Ibarat dapur
Kecuali sebagai tempat berdirinya tanaman, tanah ibarat dapur yang menyediakan seluruh makanan yang dibutuhkan tanaman. Di dalam dapur inilah disediakan semua keperluan tanaman yang diolah sedemikian rupa hingga menjadi santapan yang siap disedot oleh tanaman.
Kalau bahan-bahan yang akan diolah di dapur habis atau tidak lengkap lagi, sudah barang tentu makanan yang disajikan pun tidak akan lengkap sesuai kebutuhan. Kalau tindakan pemupukan untuk menambah bahan-bahan yang kurang tidak segera dilakukan, tanaman akan tumbuh kurang sempurna, misanya menguning, tergantung pada jenis zat yang kurang.
Menurut hasil penelitian, setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur tersebut, 3 unsur (karbon, hidrogen, oksigen) diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur lagi disediakan oleh tanah. Jadi, tanah sebagai dapur bagi tanaman setidaknya harus tersedia 13 jenis menu agar pertumbuhannya normal. Ke-13 unsur tersebut adalah nitrogen (N), fosfor (F), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur atau belerang (S), klor (Cl), ferum atau besi (Fe), mangan (Mn), kuprum atau tembaga (Cu), zink atau seng (Zn),    boron (B), dan molybdenum (Mo).
Tanah dikatakan subur dan sempurna jika mengandung lengkap unsur-unsur tersebut di atas. Kalau sudah diketahui unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, apa hubungannya dengan pemupukan? Ke-13 unsur tersebut amat terbatas jumlahnya di dalam tanah. Terkadang tanah pun tidak mengandung unsur-unsur tersebut secara lengkap. Hal itu hisa terjadi karena dari dulu memang sudah tidak lengkap. Atau, bisa pula karena sudah habis disedot oleh tanaman saat kita tidak henti-hentinya bercocok tanam tanpa diimbagi dengan pemupukan.
Apakah ke-13 unsur ini ada dalam bentuk pupuk? Jawabnya, ada. Kalau begitu, mengapa dari dulu jenis pupuk yang ada di pasaran hanya itu-itu saja? Sebetulnya jumlah pupuk yang ada di pasaran belakangan ini sudah cukup banyak. Hanya saja untuk pupuk dengan unsur-unsur tertentu yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan diberikan lewat akar dari dulu memang jenisnya hanya itu-itu saja, seperti pupuk P, N, K. Mengapa bisa begitu?
Kalau dilihat dari jumlah yang disedot tanaman, dari ke-13 unsur tersebut hanya enam unsur saja yang diambil tanaman dalam jumlah banyak. Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak tersebut disebut unsur makro. Keenam unsure makro tersebut adalah N, P, K, Sa, Ca dan Mg. Namun demikian, bila dilihat dari kegunaan ke-6 unsur tersebut hanya tiga unsur
saja yang mutlak ada di dalam tanah dan perlu bagi tanaman. Sementara tiga unsur lainnya lagi boleh ada dan boleh tidak meskipun dibutuhkan dalam jumlah banyak. Ketiga unsur yang mutlak harus ada ialah N, P dan K. Oleh karena itu ketiga unsur tersebut saja yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan mutlak harus ada sejak dulu pupuk yang diciptakan pun diutamakan yang mengandung ketiga unsur tersebut. Sehingga lahirlah pupuk yang mengandung N seperti urea, P seperti TSP dan K seperti KCL.
Bagaimana dengan unsur-unsur lainnya di luar yang dibutuhkan dalam jumlah banyak? Unsur ini pun tidak kalah pentingnya bagi tanaman sehingga harus ada, tidak boleh tidak. Jika salah satu saja tidak ada maka pertumbuhan tanaman menjadi kurang beres. Hanya saja, masing-masing unsur ini dibutuhkan sangat sedikit sehingga diperkirakan masa habisnya di dalam tanah cukup lama. Namun, karena sistem bercocok tanam dilakukan terus menerus maka belakangan ini pun sering tampak tanaman kekurangan unsur tersebut. Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit ini disebut unsur mikro, yaitu Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, B dan Mo.
Untuk menanggulangi kekurangan unsur mikro pada tanaman, akhir-akhir ini bermunculan pupuk mikro yang rata-rata diberikan lewat daun. Belakangan pupuk yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan pupuk daun ini berisi unsur hara lengkap tersebut begitu disukai petani. Selain pemberiannya lebih praktis, khasiatnya pun lebih cepat terlihat. Tidak perlu heran kalau hingga kini jenis pupuk daun sudah mencapai banyak macam dengan berbagai merek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar